Thema : RENDAH HATI

Oleh : Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

Bacaan pertama Zefanya 2 : 3 ; 12 – 13. Bacaan kedua I Korintus 1 : 26 – 31. Bacaan ketiga Matius 5 : 1 – 12.

Introitus Yakobus 4 : 6b

”Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati.”

Berita Anugerah/Petunjuk Hidup baru  Filipi 2 : 5-8

1.      Pada suatu hari, seorang pemuda datang dan bertanya, “Guru, saya tidak mengerti mengapa orang seperti Anda selalu berpakaian amat sederhana. Bukankah di masa seperti sekarang ini, penampilan sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan”. Sang guru hanya tersenyum; lalu ia melepaskan cincin dari salah satu jarinya. Ia berkata, “Sobat muda, aku akan menjawab pertanyaanmu, tetapi lebih dulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga Rp. 100.000 ?” Melihat cincin guru yang kotor, jelek, dan tidak beraturan itu, pemuda itu merasa ragu-ragu, “Seratus ribu ? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.” Tapi sang guru berkata, “Cobalah dulu sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil.”

Pemuda itu segera bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata tak satu pun dari mereka yang berani membeli cincin itu seharga Rp. 100.000. Mereka menawarnya hanya Rp. 10.000. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga sepuluh ribu Ia kembali melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari Rp. 100.000.” Sang Guru lalu berkata “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada sang Guru dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga 1 juta. Rupanya nilai cincin 10 kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.”

Sang Guru tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itu jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai, jika kita mampu melihat ke kedalaman hati dan jiwa seseorang. Kita tidak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita lihat dan dengar secara sekilas.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kerapkali kita menilai seseorang mungkin hanya dari penampilannya, dari baju yang dipakainya, atau mungkin dari tutur kata dan sikapnya yang kita lihat dan kita dengar, hanya sekilas. Akibatnya, sama seperti para pedagang di pasar tadi, kita jadi suka keliru, karena penampilan mereka, baju mereka, tutur kata dan sikap mereka, bisa saja mengelabui mata dan telinga kita.. Karena itu dalam 1 Sam. 16:7b dikatakan, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Sebab itu, jangan melihat seseorang hanya dari penampilannya, atau dari bajunya, atau kemasannya. Mengapa? Karena terus terang saja, pendengaran kita terbatas dan penglihatan kita sering keliru. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, ternyata hanya bisa kita lihat dan kita nilai, jika kita mampu melihat ke kedalaman hati dan jiwa seseorang. Untuk melihat kedalaman hati dan jiwa seseorang, dibutuhkan kerendahan hati.

2.      Dalam Zefanya 2 : 3 ; 12 – 13 Tuhan menginginkan agar manusia mencari Tuhan, dengan rendah hati melakukan perintah Tuhan. Carilah Tuhan hai semua orang yang rendah hati, carilah Tuhan hai semua orang yang melakukan hukum-hukum Tuhan. Dengan demikian, standard mutu yang ditetapkan Tuhan adalah carilah Tuhan, dan berendah hati. Seruan nabi Zefanya ini dilakukan beberapa tahun sebelum reformasi raja Yosia. Jadi beberapa saat sebelum reformasi itu, suasana sudah terasa kurang harmonis bahkan kacau balau. Zefanya menawarkan harapan kepada orang-orang yang sudah berbalik kepada Tuhan. Zefanya mengajak mereka untuk memperdalam janji kesetiaan mereka kepada Allah. Zefanya mengajak mereka supaya lebih taat kepada perintah dan hukum-hukum Tuhan. Dengan hal tersebut, mungkin Tuhan berkenan melindungi mereka ketika Ia datang untuk menghukum umatNya. Mereka harus rendah hati, serta menyadari ketidakberdayaannya.

3.      Dalam I Korintus 1 : 26 – 31, rasul Paulus menganjurkan jemaat Tuhan untuk rendah hati. Rasul Paulus mengingatkan bahwa Allah-lah yang meninggikan, melayakkan, dan membuat mereka menjadi jemaat berarti ditengah gereja. Dalam jemaat Korintus ini kerendahan diri menjadi sangat penting karena mereka adalah jemaat baru. Sebagai jemaat baru maka perangai gaya lama masih dibawa-bawa pada saat menjadi jemaat gereja. Perangai seperti menyombongkan diri, keinginan menjadi pahlawan atau tokoh yang disegani di gereja, dan keinginan menjadi sumber ketergantungan bagi kehidupan gereja masih belum hilang. Sikap hidup lama ini adalah warisan budaya yang tidak mendukung kehidupan berjemaat. Paulus sedikit demi sedikit menghilangkan perangai lama ini. Dengan seruan untuk rendah hati dan merendahkan diri dihadirat Tuhan, jemaat Korintus diajak supaya semakin dekat kepada Tuhan, dan semakin memenuhi panggilan pelayanan Tuhan.

4.      Ucapan bahagia atau Kotbah di Bukit dalam Matius 5 : 1 – 12 adalah hukum kehidupan baru, hukum kerajaan Allah. Ucapan bahagia ini berisi pernyataan prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah dan kuasa Roh Kudus. Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam kotbah Kristus. Dalam bahasa Yunani kerendahan hati dituliskan dengan kata ‘praios’ ( terjemahan b.Ingris : meek ). Kata praios juga dipakai dalam salah satu tema ucapan bahagia/kotbah Yesus di bukit  yaitu berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi (ayat 5). Orang yang lemah lembut adalah orang yang rendah hati dan patuh kepada Allah. Mereka berlindung kepada Tuhan. Mereka menyerahkan hidup dan masa depannya sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat Allah daripada hal-hal yang mungkin terjadi dalam diri mereka sendiri. Orang yang lemah lembut inilah yang akhirnya akan  memiliki bumi.

5.      Kerendahan hati adalah merasa tidak berdaya seperti “anak-anak” (Mat. 18:4); tidak mempertahankan kedudukan (Flp. 2:8-9); tidak merendahkan martabat orang lain (Luk. 14:11; 18:4). Dengan demikian kerendahan hati adalah bersikap ramah, terbuka, tidak sombong/tinggi hati, mampu menghargai martabat dan kelebihan orang lain, dan mudah menyesuaikan diri ditengah kondisi/pihak yang lebih rendah. Misalnya anggota jemaat kaya harus bersedia berkumpul dengan anggota jemaat miskin, begitu sebaliknya. Ketika yang kaya dan miskin berkumpul dalam gereja tidak ada kesombongan jemaat kaya, tidak ada rasa minder bagi jemaat miskin, mereka harus saling menghargai.  Allah tinggal bersama dengan orang yang hidup dengan rendah hati. Allah memberi kasih karunia yang lebih besar kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang-orang yang congkak atau sombong (Yak 4:6b). Jadi lawan kerendahan hati adalah tinggi hati, sombong atau congkak.

6.      Yang menjadi dasar sikap rendah hati adalah diri Kristus sendiri. Rendah hati Kristus tampak mulai dari kelahiranNya di kandang domba, kerendahan dalam sikap sehari-hari di masa hidupNya, dan akhirnya kerendahan dalam pengorbananNya di Kayu Salib. Pada masa-masa terakhir hidupNya di dunia ini, Yesus membasuh kaki murid-muridNya sebagai lambang kerelaanNya untuk melayani dan menjadi hamba bagi orang lain (Yohanes 13:1-17). Yesus mengatakan kepada para muridNya sebagaimana Aku membasuh kakimu maka kamu wajib saling membasuh kaki, ini berarti kita harus saling melayani dan merendahkan diri. Rendah hati berarti rela untuk tidak dikenal, kerendahan hati juga berarti rela melayani dan menjadi hamba bagi orang lain. Dengan kata lain, kerendahan hati tidak dipahami sebagai rendah diri atau menghinakan diri.

7.      Yakobus menegaskan dalam Yak 4: 10: “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu”. Demikian juga I Petrus 5:6 ” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya ” ( I Ptr 5:6 ). Dengan rendah hati, kita akan ditinggikan oleh Tuhan. Promosi/peninggian dari Tuhan adalah promosi yang sejati. Bila Tuhan sendiri yang meninggikan kita maka tidak ada satupun manusia yang dapat menghalangiNya. Selain itu rendah hati juga akan membuat hidup kita berhasil dan dipenuhi berkat. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah ( Mzm 37:11). Walaupun bangsa kita sedang dirundung krisis yang sepertinya tiada berujung namun bila kita hidup dalam kerendahan hati maka kita akan mewarisi negeri ini dan menikmati kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Jaminan kita bukan datang dari manusia tetapi datang dari Allah. Tuhan tidak akan pernah gagal menepati janjiNya.

8.      Orang yang rendah hati merasakan hidup yang selalu diberkati Tuhan meskipun kondisi senyatanya sangat sederhana, miskin, lemah, tidak berpendidikan, berkesusahan, dan sebagainya. Dalam tangis, miskin, lemah, dan dalam kondisi tidak  berpendidikan :  mereka tidak merasa kalah, tidak merasa minder, tetapi tetap ada ucapan syukur, tetap berbagi dengan tulus, dan tetap memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Orang-orang pengungsi dari Yogya, tetap mau kembali hidup di lereng gunung Merapi. Mereka harus menyingkir untuk sementara waktu, mereka menangis sedikit dalam waktu 1 sampai 3 bulan. Tapi mereka tetap bertahan dalam pengharapan. Gunung Merapi telah menyediakan bahan-bahan untuk kesuburan tanah pertanian mereka. Mereka tidak pernah dibuat jera oleh gunung Merapi. Mereka tidak mengumpat dan menyalahkan gunung Merapi. Malahan gunung Merapi yang meletus dipahami sebagai berkat Tuhan yang sedang melimpah. Gunung Merapi mengirimkan berjuta-juta kubik pasir, batu, dan bahan-bahan yang bermanfaat. Karena itu, mereka tetap tegar dan bersyukur ditengah ratap tangis dan kesedihan.

9.      Di tengah jaman yang penuh kompetisi seperti sekarang ini, sangat sulit untuk menemukan orang yang rendah hati bahkan kerendah-hatian mungkin sudah tidak relevan lagi karena dianggap sebagai penghalang keberhasilan. Rendah hati ditinggalkan oleh banyak orang. Persaingan mendorong orang berlomba-lomba untuk menjadi yang utama. Persaingan mendorong orang untuk berlomba-lomba mencegah orang lain menjadi yang utama. Semua orang ingin menjadi nomor 1. Tidak sedikit orang yang memandang dirinya lebih dari orang-orang lain. Persaingan mengakibatkan orang lebih menonjolkan penampilan luar misalnya bakat, kemampuan, prestasi, jabatan, kedudukan,  popularitas dan harga diri yang dicapainya di tengah masyarakat. Dengan hal-hal tersebut, orang lalu memandang dan menilai dirinya lebih hebat dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Maka persaingan melahirkan banyak kesombongan. Dalam Alkitab, kesombongan, tinggi hati atau congkak dipandang sebagai “akar dosa” karena mengesampingkan orang lain dan mengesampingkan Allah. Hidup dengan rendah hati akan membuat seseorang: menghargai dirinya dan bebas dari perangkap kesombongan. Dengan kerendahan hati orang dapat menerima dan menghargai dirinya dan menghargai orang lain, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

10.  Salah satu musuh yang paling berbahaya yang mengancam orang-orang Kristen ialah kesombongan atau meninggikan diri sendiri. Tidak ada dosa lain yang bekerja dengan lebih licik dan lebih sembunyi- sembunyi daripada dosa kesombongan. Kesombongan itu tahu bagaimana menyelinap masuk ke dalam setiap hal. Kesombongan juga dapat menyusup ke dalam pelayanan gereja. Kesombongan juga dapat menyusup dalam doa-doa kita. Oleh karena itu orang-orang Kristen harus menjaga iman, hati, dan pikiran, dan perilakunya agar tidak disusupi kesombongan. Oleh karena itu kita harus memperhatikan apa yang diajarkan Alkitab mengenai kesombongan dan belajar kerendahan hati untuk mengenyahkan kesombongan..

11.  Bagaimana menjadi rendah hati? Kita semua sedang belajar untuk itu. Perenungan yang terus-menerus akan anugerah keselamatan yang sudah Bapa berikan melalui Yesus Kristus harus menjadi dasar yang kuat  untuk kita menjadi rendah hati. Kita “bukan siapa-siapa” tetapi kita diselamatkanNya. Kesadaran ini seharusnya membuat kita tak henti-hentinya bersyukur dan tak bosan-bosannya merendahkan hati dan merendahkan diri dihadapan Tuhan.. Menjadi rendah hati adalah perjuangan seumur hidup. Namun kita tidak perlu khawatir karena kita mempunyai Tuhan yang rendah hati dan berjanji menolong kita menjadi rendah hati seperti Kristus Yesus. Amin