Latest Entries »

Kebaktian Umum GKJW Ngagel
Minggu, 24 Juni 2012, pukul 16.30 WIB
Materi Kotbah – oleh Pnt. Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.Kp

THEMA : IMAN YANG BERANI MENGHADAPI RASA TAKUT.

Introitus :  ” Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7).

Bacaan I          : Ayub 38 : 1, 8 – 11

Bacaan II         : 2 Korintus 5 : 14 – 17

Bacaan III        : Markus 4 : 35 – 40

Dijaman serba praktis dan cepat ini, banyak orang ingin sukses dengan cepat, mudah, dan tidak perlu usaha yang sulit. Seperti berjalan dijalan tol, kalau bisa tanpa halangan. Akan tetapi apakah orang yang berjalan di jalan tol pasti aman dan selamat ? Ternyata banyak kecelakaan yang terjadi di jalan tol. Ini memberitahukan kepada kita bahwa sesungguhnya bahaya tetap ada dalam kehidupan kita. Orang yang hidup seperti dijalan tol adalah orang  yang tidak terbiasa mengalami berbagai tantangan, hambatan, dan masalah. Orang yang tidak terbiasa mengalami berbagai tantangan, hambatan, dan masalah maka hidupnya sangat rentan, mudah stress, cepat putus asa, bahkan ada yang ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Ini berarti segala tantangan, hambatan, dan masalah itu harus kita hadapi. Tetapi kenyataannya banyak orang sudah menyerah sebelum bertindak. Sama seperti jalan bergelombang yang sengaja dibuat dalam jarak tertentu di jalan tol dengan maksud untuk memberi kejutan bagi para pengemudi. Ketika melewati jalan gelombang memang tidak nyaman, tetapi itu penting untuk mengingatkan kita agar berhati-hati.

Dalam Markus 4:35-40 dicatat bahwa pada sore hari setelah mengajar orang banyak, Yesus dan murid-murid-Nya naik perahu untuk menyeberang. Singkat cerita di dalam perahu Yesus tidur, dan kemudian terjadilah angin ribut yang menggoncangkan perahu mereka, sehingga perahu mulai penuh dengan air.

Murid-murid Yesus begitu panik dan ketakutan luar biasa. Padahal Petrus mengenal danau itu, ia mengenal badai dan angin, karena Petrus adalah seorang nelayan. Tetapi semua murid pada hari itu begitu terkejut dan takut. Karena takut perahu akan tenggelam, para murid berusaha dengan keras untuk menyelamatkan diri. Ada yang mencoba untuk mengeluarkan air dari dalam perahu, ada yang mencoba untuk menurunkan layar agar angin tidak mempermainkan perahu, semua usaha dilakukan agar mereka bisa selamat. Ketika para murid berada dalam ketakutan, mereka tidak dapat berpikir dengan tenang dan berusaha dengan cara  apapun untuk mempertahankan dirinya. Akan tetapi semakin lama semakin nampak bahwa usaha para murid sia-sia. Air terus masuk ke dalam perahu, sedangkan angin ribut tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Melihat keadaan ini para murid nampaknya semakin putus asa dan panik.

Di tengah-tengah kepanikan dan keputus-asaan, mereka melihat satu sosok sedang tidur di dalam perahu. Ketika yang lain sedang bekerja keras agar perahu mereka tidak tenggelam, orang ini malah tidur di perahu.

Siapakah orang yang tidur ini? Tidak lain dan tidak bukan orang yang tidur itu adalah guru mereka sendiri, yaitu Tuhan Yesus. Mungkin dengan perasaan jengkel bercampur panik dan putus asa, para murid segera membangunkan Yesus dan berkata ”Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”. Mereka seolah-olah ingin berkata ”Guru, Kamu kok enak-enak saja tidur. Apa Guru tidak tahu kalau kita sebentar lagi mau mati? Ayo bantu kami untuk menjaga perahu ini agar tidak tenggelam!”. Jadi para murid menyalahkan Tuhan Yesus. Di dalam kondisi seperti ini apa yang dilakukan para murid merupakan reaksi yang wajar, seperti manusia biasa pada umumnya yang takut akan kematian.

Namun hal yang menarik terjadi. Setelah melihat para murid-Nya yang panik dan putus asa, Yesus bangun dan menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu agar tenang. Sehingga angin ribut itu reda dan danau tersebut menjadi teduh sekali. Setelah itu Yesus menegur murid-murid-Nya ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Pertanyaan-pertanyaan Yesus ini rasanya sulit untuk dimengerti. Karena memang pada waktu itu para murid sudah takut mati, sehingga rasanya pertanyaan ini kurang tepat. Tapi mengapa Yesus tetap mengatakan hal ini? – yang rasanya lebih tepat dipahami bukan sebagai pertanyaan yang memerlukan jawaban, melainkan merupakan sebuah teguran yang keras kepada para murid. Apa maksudnya?

Entah karena keheranan terhadap peristiwa yang baru saja mereka alami, para murid tidak memberikan respon secara langsung terhadap pertanyaan Yesus. Mereka malah takut kepada Yesus (pertama takut pada angin ribut, namun setelah itu takut pada Yesus) dan untuk pertama kalinya di dalam Alkitab dicatat para murid bertanya seorang pada yang lain ”Siapa gerangan orang ini, …” atau dengan kata lain ”Siapa Dia?.

Sikap para murid yang pertama kali mendiskusikan tentang siapa Yesus ini menunjukkan bahwa mereka belum mengenal Yesus dengan baik, padahal mereka sudah sekian lama bersama-sama dengan Yesus. Jika mereka mau mendiskusikan tentang siapa Yesus ini, seharusnya  di awal mereka mengikut Yesus. Tapi mengapa baru sekarang? Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa selama ini para murid belum mengenal Yesus dengan baik. Apalagi mereka mengatakan ”Apakah Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Apakah memang Yesus benar-benar tidak perduli? Apakah para murid tidak tahu bahwa guru mereka, Yesus Kristus, adalah Pribadi yang sangat berkuasa? Bukankah para murid telah bersama-sama dengan Yesus pada saat Yesus mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan mengajar orang banyak. Ternyata pengetahuan akan seseorang tidak menjamin bahwa kita mengenal orang tersebut dengan baik, begitu pula hubungan kita dengan Allah. Pengetahuan akan Allah tidak menjamin bahwa kita mengenal Allah dengan baik.

Kita lihat murid-murid Yesus. Mereka adalah orang-orang yang selalu menyertai Yesus dalam pelayananNya. Mereka tahu Firman. Mereka sudah pelayanan. Mereka juga taat. Saya yakin mereka pada saat itu dalam keadaan letih setelah melayani terus menerus. Tapi ketika Yesus mengajak mereka menyeberang, mereka patuh dan ikut tanpa membantah. Artinya, mereka adalah orang-orang taat. Tapi lihatlah bahwa badai tetap bisa menghantam pengikut Yesus yang taat. Dan lihatlah, orang-orang taat yang sudah melayani sekalipun ternyata masih bisa memiliki iman yang kurang teguh sebagai rasa takut yang dialaminya. Padahal mereka sedang bersama Yesus pada saat itu. Apa yang mampu dilakukan Yesus? Dia sanggup meredakan badai yang membuat danau bergejolak dalam waktu yang singkat.

Menjadi pengikut Yesus tidak berarti kita akan 100% hidup tanpa masalah. Sekalipun kita sudah melayani, selalu taat, dan mengerti Firman, namun hal itu  tidak menjamin hidup kita akan benar-benar tanpa badai persoalan. Ada kalanya kita akan berhadapan dengan “angin ribut” dalam kehidupan kita. Ada kalanya “air” mulai memasuki “kapal” kehidupan kita dan siap menenggelamkannya. Tapi ingatlah bahwa kita tidak perlu khawatir apabila kita tetap berjalan bersama Yesus. Jangan sampai kita yang mengaku percaya pada Yesus ternyata tidak melibatkanNya dalam kehidupan kita sehari-hari, sampai-sampai Tuhan hanya ditempatkan “di buritan” hingga tertidur sendirian. Tidak akan ada badai yang mampu menjungkirbalikkan apabila kita selalu melibatkan Yesus dalam hidup kita. Itu kunci utama agar kita bisa terus berjalan dengan jiwa penuh damai meskipun sedang berada ditengah-tengah amukan badai kehidupan. Dengan berjalan bersama Yesus dalam hidup baik dalam keadaan tenang maupun dalam angin ribut, kita  tidak perlu takut karena kita bisa menyerahkan kekhawatiran kita kepadaNya seperti yang dikatakan Petrus. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7). Jangan jadikan Tuhan sebatas lampu emergency, yang hanya menyala ketika dibutuhkan, namun jadikanlah Tuhan sebagai partner dalam menempuh perjalanan hidup. Libatkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita.

Pada ayat 35 kita tahu bahwa pada awalnya Yesus yang mengajak mereka ke seberang. Tetapi mengapa tetap ada badai ? Jawabnya terletak pada ayat 36. Di ayat 36 , mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.

Tadinya Yesus yang mengajak dan membawa mereka. Tetapi, tiba-tiba ada pergantian, merekalah kini yang membawa Yesus. Mereka tidak membiarkan lagi Yesus memimpin. Mereka berpikir, bahwa merekalah yang pantas memimpin. Yesus adalah anak tukang kayu, para murid adalah nelayan-nelayan yang lebih berpengalaman dan tahu suasana danau, para murid juga lebih mengerti tentang arah angin. Jadi, para murid yang harus memimpin, dan para murid menempatkan  Yesus di buritan (bagian belakang perahu). Karena kuasa kegelapan melihat tidak perlunya Yesus menjadi pemimpin, maka kuasa kegelapan datang untuk mencobai dengan memberi badai yang sangat dashyat. Dan terbukti, mereka tidak mampu mengatasi pencobaan dengan kepemimpinan mereka sendiri.

Jika Yesus yang memimpin, jika Yesus yang memegang kemudi dan mengendalikan perahu ini, saya percaya bahwa badai tidak akan turun dan menghantam perahu, dan saya percaya danau itu akan tenang. Saudara boleh saja seorang dokter, seorang professor, seorang pengacara, atau boleh saja saudara seorang businessman yang ditempatkan Tuhan. Saudara boleh saja seorang yang kaya raya, atau seorang Insinyur yang terkenal. Tetapi, sebagai hamba Allah saya kembali mau mengingatkan, tetap jadikan Yesus yang memimpin hidup saudara.

Sebelum memulai melakukan apapun, mulailah bersama Yesus. Sebelum mengambil keputusan, mintalah Yesus terlibat dan jadikan pemimpin dalam hidup kita. Bertanyalah kepada Tuhan, ” Tuhan, apa yang harus saya perbuat ? ” Tuhan, tuntun saya, Tuhan saya mengambil keputusan ini, tolong kalaulah ini dari Tuhan, Tuhan materaikan, tetapi kalau bukan dari Tuhan, biarlah Engkau singkirkan. Jadi, kalau kita mempersilahkan Yesus yang memimpin, maka Yesuslah yang mengatur segala sesuatunya.

Disisi lain, mengapa Yesus tertidur di perahu ?. Yesus tidur bisa disebabkan karena lelah setelah melayani orang banyak. Namun dibalik itu, sebenarnya Tuhan Yesus menyerahkan tanggung jawab kepada para murid untuk mengemudikan perahu. Namun ternyata tanggung jawab itu tidak dilaksanakan dengan baik. Menghadapi badai seperti itu, mereka sudah takut dan menyerah. Seharusnya para murid memperlihatkan perilaku yang benar dalam menyelamatkan perahu dengan segenap daya upaya. Namun rasa takut dan kurang percaya membuat para murid kehilangan akal sehat. Bisanya hanya menggerutu, mengeluh, dan menyalahkan Tuhan Yesus yang sedang tidur. Dengan sikap yang bijak, Yesus menghentikan badai. Tetapi yang penting bukan berhentinya badai, tetapi supaya para murid tidak memiliki iman yang lemah, melainkan memiliki iman yang mampu mengatasi rasa takut. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ketika kita menghadapi masalah, kita tidak boleh takut dan kurang percaya. Semua orang mempunyai rasa takut, namun rasa takut itu harus kita kalahkan melalui iman kita.

Seandainya kita ada dalam perahu seperti yang terjadi di perikop ini, bersama-sama dengan Yesus dan murid-murid. Sewaktu badai mulai datang dan perahu sudah mulai  penuh air. Saya rasa apa yang dirasakan oleh murid-murid waktu itu: kepanikan mereka, ketakutan mereka, kekuatiran mereka sekaligus juga sebel-sebelnya mereka kepada Yesus yang mereka anggap diam saja, gak peduli kalau perahu sebentar lagi bisa jadi ancur … mungkin 99,99% akan menjadi perasaan kita juga!

Badai kehidupan selalu ada dihadapan kita. Pada saat tertentu badai itu tidak menerpa kita, tetapi terkadang hanya satu badai yang menerpa kita, namun ada kalanya kita diterpa bermacam-macam badai. Orang yang kita kasihi tiba-tiba mengalami kecelakaan atau meninggal dunia, tiba-tiba terjadi konstleting listrik hingga rumah kita terbakar, enak-enak nonton televisi dirumah tiba-tiba pesawat menjatuhi rumah kita (ingat jatuhnya pesawat Fokker 27), perusahaan tempat kita bekerja bangkrut sehingga kita di PHK, penghasilan yang tidak mampu untuk membiayai sekolah anak-anak, diputus pacar, anak-anak kita yang sangat nakal/malas dan sebagainya. Badai itu membuat kita gelisah, cemas, dan takut untuk menjalani kehidupan. Badai itu, seringkali membuat kita patah semangat untuk menghadapi masa depan. Rasanya badai kehidupan kita ini lebih menakutkan dari apa yang dialami para murid waktu itu.

Jadi kalau mau berbicara tentang  “ Iman yang berani menghadapi rasa takut “ rasanya lebih mudah mengucapkannya daripada melakukannya. Namun demikian, marilah kita melihat beberapa hal yang mungkin bisa menjadi renungan supaya kita memiliki ketenangan, tetap damai meskipun ada di tengah badai yang menakutkan dalam kehidupan kita sekarang ini.

Tenang di tengah badai yang menakutkan bukan berarti melarikan diri dari kenyataan, melainkan berani menghadapi kenyataan bahwa betul ada kesulitan-kesulitan di sana-sini. Kita harus berjuang sekuat tenaga supaya kesulitan hidup terselesaikan. Salah satu yang bisa membuat kita tenang adalah saat kita ini tahu bahwa kita sudah melakukan yang sebaik mungkin dalam menghadapi amukan badai itu.

Kita akan tenang dalam menghadapi badai yang menakutkan kalau kita tahu bahwa meskipun kita melewati badai, Tuhan selalu ada dan menyertai kita dan memberikan kepada kita kekuatan yang cukup untuk melewati dan mengalahkan setiap badai. Badai itu  Tuhan yang izinkan terjadi dalam kehidupan kita untuk kebaikan kita.

Kita belajar dari burung Rajawali. Ketika badai datang, Rajawali akan mengembangkan sayapnya sehingga angin badai yang datang menyerbu dirinya itu justru akan mengangkat dia melayang tinggi sehingga dia terbang jauh di atas dan melampaui badai dan melewati badai yang sedang terjadi. Waktu badai mengamuk, Rajawali justru memanfaatkan badai dahsyat itu untuk mengangkat dia ke tempat yang lebih tinggi yang membuat dia bisa melewati badai sedahsyat apapun. Bila berada di tengah badai yang menakutkan hidup, andalkanlah Tuhan supaya kita bisa melewati badai itu dan menapaki tingkat kehidupan yang baru, yang lebih tinggi lagi, lebih dekat lagi dan jauh lebih kenal lagi tentang karya, kuasa penyertaan Tuhan.

Dari bacaan pertama (Ayub 38 : 1, 8-11), Ayub menjadi contoh yang baik. Kita tahu bahwa Ayub adalah salah satu orang percaya yang berani menghadapi berbagai kesusahan dan godaan. Anak-anak Ayub meninggal, harta benda Ayub habis, Ayub ditinggal istrinya, dan Ayub di cemooh orang-orang disekitarnya. Namun demikian Ayub tidak patah semangat. Meskipun pernah protes kepada Tuhan atas segala kesusahan dan godaan yang dialami, namun Tuhan tetap menghormati segala usaha yang dilakukan Ayub. Ayub tetap diingatkan Tuhan bahwa semua peristiwa dalam kehidupan tidak bisa lepas dari kehendak Tuhan. Badai kehidupan diijinkan Tuhan untuk kebaikan umat manusia, meskipun terkadang harus dilalui dengan kesedihan, kecemasan dan rasa sakit. Ayub  diuji dengan berbagai persoalan yang berat, namun semua itu dihadapi Ayub dengan iman yang teguh. Dan ternyata Ayub menjadi pemenang.

Bacaan kedua (2 Korintus 5 : 14-17) mengingatkan kita tentang berbagai godaan, tantangan dan hambatan yang dialami rasul Paulus dalam pelayanannya di tengah jemaat. Paulus dimampukan menghadapi berbagai masalah bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena kasih karunia Tuhan. Oleh karena kasih karunia Tuhan, Paulus mendapat kekuatan lahir dan batin dalam menjalankan tugas pelayanannya. Kekuatan Paulus dalam menghadapi berbagai masalah bukan didasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun kekuatan itu karena Tuhan yang memberi. Itulah yang disebut menjadi ciptaan baru didalam Tuhan. Ciptaan lama mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi ciptaan baru mengandalkan penyertaan dan kuasa Tuhan.

Iman yang berani menghadapi rasa takut, tampil tenang ditengah badai kehidupan. Iman yang berani menghadapi rasa takut mengetahui dan mengenal Tuhan sebagai sumber segala penyelesaian hidup kita. Iman yang berani mengalahkan rasa takut menerima  tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan dan menjalankannya dengan baik. Iman yang berani menghadapi rasa takut menjadikan Tuhan Yesus sebagai pemimpin, dan mau menyerahkan segala kekuatiran kita kepadaTuhan. Kita panggil Yesus, karena Yesus tidak pernah terlalu sibuk, sampai IA tidak bisa mengulurkan tanganNYA dan membantu kita. Yesus kelihatanNYA tertidur, tetapi ketika murid-muridNYA memanggil Yesus dengan suara hati yang terdalam, Yesus pasti meneduhkanNYA. Ketika ada badai, jangan lari, jangan kalah sebelum melawan. Hadapilah badai yang menakutkan itu, dan percayalah bahwa Yesus dapat meneduhkannya. Imani dan percayalah, karena bagi Yesus tidak ada perkara yang mustahil. Amin.

Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.Kp – 23062912

 
SPIRIT PUBLIK-Jurnal Ilmu Administrasi
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
FISIPOL Universitas Sebelas Maret
ISSN : 1907-0489
Vol. 7 No. 1 Tahun 2011
 
MEMAKSIMALKAN AKSESIBILITAS PENYANDANG CACAT DALAM PELAYANAN PUBLIK
(  MAXIMIZING ACCESSIBILITY WITH DISABILITIES IN THE PUBLIC SERVICE )
 
Kristyan Dwijosusilo
Prodi Administrasi Negara
Universitas Dr. Soetomo, Surabaya

Abstrac
This paper is motivated by statements by President Susilo Bambang Yudhoyono, who acknowledged that the government has not provided superior service to citizens with disabilities. Though Indonesia has Law No. 4 of 1997 on Persons with Disabilities, Government Regulation No. 48/1998 which regulates efforts to improve welfare for the disabled, and Law. 25/2009 regarding public services (www.detiknews.com, 07/12/2005). Therefore necessary steps to maximize accessibility for the disabled in public services.
This paper seeks to put forward the concept of how to maximize service delivery to persons with disabilities. To arrive at this is done by describing the various factors low level of public services to persons with disabilities and the extent to which public services to all persons who have been made. The method used is the analysis of mass media news related to pubic service to people with disabilities.

Keyword: Law No. 4/1997, Law no. 25/2009, accessibility, people with disabilities

Klik untuk download Memaksimalkan Aksesibiltas Penyandang Cacat dalam Pelayanan Publik.pdf

 
JEJARING ADMINISTRASI PUBLIK
Departemen Administrasi Negara
FISIP Universitas Airlangga
ISSN : 2086-3101
Th. I No. 2 Juli – Desember 2009
 

Pola Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif dalam Pengesahan Anggaran Daerah

Kristyan Dwijosusilo
Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Dr. Soetomo, Surabaya
 

Abstrak

Dalam UU No. 22 tahun 1999 pasal 14 dan 16, dan Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pasal 22, telah diadakan pemisahan yang jelas antara pihak eksekutif (pemerintah daerah) dengan pihak legislatif (DPRD). Pihak eksekutif adalah pihak yang mengajukan anggaran, dan legislatif berfungsi sebagai pihak yang menyetujui atau menolak. Namun kemungkinan adanya kepentingan politis, lemahnya SDM kedua belah pihak, dan bargaining position yang tidak seimbang maka maksud baik dari pemisahan tersebut dapat mengalami hambatan. Tulisan ini menganalisis aliran dana Rp. 720 juta di DPRD yang terjadi pada saat pengesahan RAPBD Surabaya 2008 yang didalamnya terdapat proyek Bus Way  dan Surabaya Sport Center (SSC) dengan kerangka berpikirnya Lance T. LeLoup

Keyword : Pemkot dan DPRD Surabaya, Rp. 720 juta, Lance T. LeLoup

Klik untuk download Pola Hubungan antara Eksekutif dan Legislatif dalam Pengesahan Rencana Anggaran Pembangunan Daerah.pdf

 
Jejaring Administrasi Publik.
Tahun III. No. 1 Januari – Juni 2011
Departemen Administrasi Negara
FISIP Universitas Airlangga
ISSN : 2086-3101
 
Konflik Resistensi Warga Sisi Timur Rel Kereta Api  dalam pembangunan Jalan Tol Tengah Kota Surabaya

Kristyan Dwijosusilo
Ketua Departemen Administrasi Negara, Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Email : krisservitalen@gmail.com

Abtract
Freeway downtown Surabaya (TTKS) is one of the development plan to address the existing congestion in Surabaya. Pahun 2005 the east side of the railroad to “rejection” of the plan. Communities east side of the railway is a direct result of people affected TTKS route design, where the route passes TTKS + 40 meters from the eastern side of the railroad. The number of people involved was 1151 households or 28.78% of the 4000 families who inhabit the eastern side of the railroad as far as + 35 meters from the railway. This conflict is really a struggle of citizens to “fight” TTKS route.
The study was a qualitative research with participatory methods in which researchers are citizens as well as the coordinator of the action. Researchers conducted an analysis of conflict theory approach.
The study produced the formula that people have three objectives: (1). Spatial TTKS removed from Surabaya (2). If the first alternative does not work, people do not want to TTKS route through the eastern side of the railroad. (3). If the second alternative does not work, people want to keep them from being evicted. Atmosphere of this conflict is the resistance efforts of citizens to defend themselves because the design of the route was a threat to their survival. The reason people “against” development policy TTKS TTKS because it would disrupt the arrangement of the region and Surabaya infrastructure that was already there, resulting in the eviction of 4000 families, will trigger the growth of private cars, and not in accordance with the character streets winding Surabaya.

Keyword: Policy, Conflict, Tol Central City,

Klik untuk download Konflik Resistensi Warga Sisi Timur KA dalam Pembangunan Jalan Tol Tengah Surabaya .Pdf )

Kotbah Ibadah Minggu, 22 Januari 2012, pukul 18.30

Di GKJW NGAGEL

Pnt. Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.Kp

 

IMAN YANG BERTANGGUNG JAWAB

TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN ALAM

 

Introitus Mazmur 8 : 4 – 6

 

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan ; apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya ?. Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya ?. Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

 

Bacaan utama : Pengkotbah 3 : 16 – 22

Nats : Pengkotbah 3 : 19

 

Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka : sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia.

 

 

  1. Kita bisa memutar jam lebih cepat atau sebaliknya lebih lambat sesuai dengan kepentingan kita, namun hari-hari tidak pernah berhenti. Misalnya, jam dirumah saya saya percepat 15 menit supaya tidak terlambat kerja dan tidak tergesa-gesa dalam menyiapkan anak-anak ke sekolah. Ketika memimpin PA dengan di kelompok dengan materi dari MA GKJW, bila pertanyaan sedikit seringkali anggota kelompok menyatakan bahwa waktu belum jam 9 malam, belum berakhir sehingga kami harus memperlambat waktu dengan mengembangkan materi. Hari-hari terus berjalan, kita tidak bisa memutar kembali bila sudah berlalu. Pertanyaanya : mungkinkah diantara kita ada yang ingin memutar kembali waktu kehidupan ?. Apakah kita yang sudah dewasa inginkembali menjadi seperti remaja ?, atau kita yang telah tua ingin menjalani kehidupan seperti saat muda dahulu. Sama seperti, jam yang dapat kita perlambat atau percepat, kita seringkali juga ingin tetap muda meskipun usia telah lanjut. Rambut kepala yang sudah beruban disemir hitam, bagian tubuh yang terlalu gemuk di sedot lemak, bagian tubuh yang keriput dilakukan operasi plastik atau ditutup make-up tebal, supaya tetap perkasa minum obat kuat agar tetap “greng” dan sebagainya. Namun semua itu tidak akan dapat menghentikan laju usia kita yang terus bertambah.

  2. Setiap detik kehidupan memiliki masa-masa tersendiri. Ada masa anak-anak, masa remaja, pemuda, dewasa, dan masa orang tua. Ada kalanya masa hari ini penuh kebahagiaan, tetapi tidak jarang dimasa tertentu kita merasakah kesedihan. Pada umumnya orang tidak mau kehilangan masa-masa terindah dalam hidupnya, sebaliknya berusaha untuk melupakan masa-masa yang buruk dari hidupnya. Pada umumnya, manusia ingin mencapai dan menikmati masa-masa hidupnya dengan penuh kebahagiaan. Untuk itu manusia mengisi masa-masa hidupnya dengan melakukan aktivitas dan kerja. Tuhan telah memperlengkapi tubuh manusia supaya dapat melakukan aktivitas. Dengan perlengkapan hidup yang diberikan Tuhan maka manusia menjadi mahluk yang paling tinggi kedudukan diantara mahluk ciptaan Tuhan yang lain.

  3. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi Tuhan roh/nyawa, pikiran, akal budi, perasaan, dan kehendak/keinginan. Dengan roh, pikiran, akal budi, dan kehendak maka manusia menjadi mahluk yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Kelebihan itu tampak dalam beberapa hal, yakni

  1. Roh manusia adalah roh yang kelak akan kembali kepada Allah. Roh manusia adalah roh yang akan mengalami pengadilan Allah setelah kematian. Hal ini tidak dialami oleh hewan atau tumbuhan.

  2. Dengan akal budinya, manusia bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Manusia bisa mengetahui tindakan apa yang baik dan bermanfaat dengan tindakan yang buruk dan merugikan. Dengan akal budi pula, manusia bisa menata kehidupan menjadi masyarakat yang tertib dan berbudaya. Dengan demikian, sejak kecil hingga tua hidup manusia selalu berada dalam norma, aturan, dan hukum yang harus ditaati. Ada aturan dan norma di rumah/keluarga, ada aturan/norma/hukum ketika berada di sekolah, ditempat kerja, di fasilitas umum, dan di semua tempat dimana ada komunitas manusia disitu selalu ada aturan/norma/hukum agar kehidupan menjadi tertib, aman, dan nyaman.

  3. Dengan perasaannya manusia bisa merasakan kesedihan dan kebahagiaan. Dengan perasaan manusia bertindak hati-hati. Dengan perasaan, manusia bisa peka terhadap sesamanya dan lingkungannya. Manusia juga bisa merasakan apa yang sedang dialami sesamanya sehingga muncul sikap peduli dalam bentuk mengasihi dan memberi.

  4. Dengan akal pikiran dan kepandaiannya, manusia bisa mengusahakan hal-hal yang sulit dilakukan. Manusia tidak bisa terbang, tetapi dengan kepandaiannya, manusia bisa membuat pesawat terbang yang memungkinkan dia melintasi udara. Manusia tidak bisa berjalan dan menyelam di air seperti hewan. Tetapi dengan kepandaiannya manusia bisa membuat kapal dan peralatan selam yang memungkinkan dirinya untuk melakukan aktivitas di dipermukaan dan di dalam air. Pikiran dan kepandaian manusia terus berkembang sehingga melahirkan berbagai penemuan tehnologi yang semakin mempermudah dirinya untuk menjalani hidup. Komputer, Handphone, Internet, dan sebagainya adalah beberapa bukti yang memperlihatkan bahwa pikiran manusia semakin bertambah pandai.

  1. Dengan segala kelebihan yang ada dalam dirinya, Tuhan menghendaki agar manusia tidak sekedar hidup, akan tetapi Tuhan menghendaki agar hidup manusia adalah hidup yang memiliki pengharapan dan tujuan yang bermanfaat bagi sesamanya. Manusia sebagai mahluk yang diciptakan segambar dengan Allah mendapat tugas untuk memelihara, memanfaatkan, dan melestarikan lingkungan alam. Kelebihan manusia membuat dirinya memiliki kekuasaan terhadap alam semesta, namun demikian kekuasaan yang diberikan Tuhan bukan kekuasaan tanpa batas, melainkan kekuasaan yang terbatas dan penuh tanggungjawab. Kekuasaan diberikan kepada manusia dimaksudkan agar manusia dapat menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama dan lingkungan alam.

  2. Namun demikian, dalam perikop ini Pengkotbah mengemukakan kenyataan sebenarnya , yang ternyata tidak seperti yang diharapkan.

  1. Di ayat 16, Pengkotbah menyatakan bahwa ditempat pengadilan ternyata terdapat ketidak-adilan. Ditempat dimana dilakukan peradilan ternyata terjadi penyimpangan dari hukum. Di tempat di mana patut dijalankan keadilan, tapi yang terjadi adalah ketidakadilan, penyelewengan, dan tindakan sewenang-wenang. Pengadilan yang dibuat untuk menegakkan keadilan, kadangkala suap dan korupsi yang menang. Kenyataan dunia peradilan membuat kita cenderung menyimpulkan bahwa keadilan adalah sesuatu yang sangat relatif. Memang ada ukuran dalam bentuk hukum atau undang-undang. Tetapi dalam prakteknya seringkali keadilan dan ketidakadilan menjadi rancu. Mengapa ? Karena justru di pengadilan keadilan bisa diputuskan tidak adil dan ketidakadilan bisa diputuskan adil. Ini bukan perkataan Pengkotbah sendiri, tetapi pendapat umum yang diangkat oleh Pengkhotbah. Kalimat-kalimat dalam perkataan ini seringkali dimunculkan pada waktu ada seorang sedang menghibur orang lain ketika mengalami perlakuan yang sangat tidak adil ataupun sedang dirundung kesusahan. Karena di tempat keadilan tidak ada keadilan dan sulit sekali mencari keadilan, maka korban-korban ketidakadilan hanya bisa berpikir bahwa Allah yang akan membalasnya, namun demikian hati mereka masih marah, benci dan dendam.

Sebenarnya masalah bukan terletak pada Allah tetapi pada hati seseorang yang mengalami ketidakadilan yakni adanya rasa geram, benci, maupun dendam. Dalam menghadapi ketidakadilan, permasalahan utamanya bukan pada tempat pengadilan atau bahkan ketidakadilan itu sendiri tetapi masalah utamanya itu adalah bagaimana diri seseorang yang dipengaruhi oleh ketidakadilan, kemudian bagaimana menanggapi ketidakadilan itu. Jikalau tanggapan kita berupa dendam, kebencian, maupun kemarahan yang harus dibalaskan maka kalimat Pengkotbah sangat mengena kepada kita.

Meskipun demikian, pengkotbah tidak tawar hati. Perbuatan yang tidak adil tidak akan berjalan selama-lamanya, karena Tuhan telah memberi batas waktu dalam penghakiman. Akan ada pengadilan Allah yang diperuntukkan bagi orang yang benar maupun orang yang tidak adil. Pengadilan Allah adalah pengadilan yang dijamin adil, sebab Allah sendiri yang menjadi hakim. Keadilan itu bukan saja kelak akan diberlakukannya, bahkan sekarang pun Tuhan menjalankannya. Sekalipun peradilan Allah tidak segera tampak bagi kita, akan tetapi tiap perbuatan manusia pasti mengalami penilaian Allah.

  1. Pada ayat 17 juga dinyatakan bahwa untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya. Waktu disini berarti masa. Masa adalah suatu kurun waktu tertentu yang ada awalnya dan ada akhirnya. Yang dimaksud “segala sesuatu” dalam nas ini meliputi tiga hal (ayat 1-8) yaitu: 1). Kegiatan sehari-hari seperti menanam-mencabut; merombak-membangun; merobek-menjahit; mencari untung-merugi. 2). Kejadian yang melibatkan perasaan seperti menangis-memeluk; tertawa-meratap; mengasihi-membenci; berbicara-berdiam diri. 3). Peristiwa kehidupan seperti lahir-meninggal; perang-damai. Demikian juga Allah, pada waktunya akan mengadili tiap perbuatan manusia. Pengadilan Allah atas manusia akan terjadi setelah kematian. Untuk itu, sebelum kematian menjemput maka kita harus mengisi hidup dengan ketaatan pada kehendak Allah. Ini dimaksudkan agar pengadilan Allah memberikan vonis kepada kita untuk masuk kedalam kerajaan sorga. Yang penting untuk diingat adalah Tuhan meminta kita untuk dapat menggunakan masa hidup ini dengan sebaik-baiknya karena sekali masa hidup kita itu lewat maka “ia tidak akan kembali” lagi. Masa hidup kita ada dalam perhitungan-Nya karena Dialah Tuhan yang mengatur “segala sesuatu” menjadi indah bagi kita. Masa hidup kita masing-masing berisikan kehendak dan pemeliharaan Tuhan, oleh karena itu, percayakan kepada-Nya. Hidup kita adalah pemberian Allah, oleh karena itu kita harus menggunakan dengan penuh tanggung jawab.

  1. Meskipun secara rasional manusia memiliki kelebihan dari mahluk ciptaan Tuhan lain, namun pada ayat 18 dan 19 Pengkotbah justru menyatakan bahwa manusia sama dengan binatang. Kesamaan itu tidak secara fisik atau phsikis, tetapi kesamaan itu tampak dalam hal yang paling mendasar, yakni kesamaan secara teologis. Secara teologis, manusia dan binatang memiliki kesamaan yaitu pertama sama-sama mengalami masa kelahiran, hidup, membutuhkan makanan, dan bertumbuh/berkembang ( ayat 18).Keduamanusia dengan hewan adalah sama-sama mengalami kematian. Ketiga, manusia dan hewan memiliki nafas yang sama, mereka sama-sama membutuhkan udara untuk bernafas dan hidup. Keempat, manusia dan hewan menuju satu tempat yang sama yaitu pemakaman dimana manusia dan hewan yang mati akan dikubur. Kelima, manusia dan hewan memiliki kondisi yang sama yakni sama-sama diciptakan dari debu dan kembali menjadi debu. Dari persamaan antara manusia dan binatang ini maka dapat disimpulkan bahwa semua mahluk ciptaan Tuhan memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan.

C1. Dari pemahaman bahwa manusia dan binatang memiliki nasib yang sama dan dari pemahaman bahwa semua ciptaan memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan, maka sebagai manusia kita tidak boleh sombong, tidak boleh meremehkan orang lain ciptaan Tuhan yang lain. Manusia tidak hanya sebagai mahluk sosial, tetapi juga mahluk yang selalu membutuhkan alam sekitarnya. Kita harus menyadari bahwa kehidupan kita sangat tergantung dengan alam semesta. Kita menghirup oksigen yang merupakan sisa fotosintesis, kita menggunakan kotoran hewan/sampah untuk menyuburkan tanaman di kebun kita, kita membutuhkan sayur dan daging untuk mencukupi kebutuhan gizi bagi perkembangan tubuh kita, dan sebagainya. Apabila alam kita ekploitasi habis-habisan dan kita rusak maka generasi selanjutnya akan menikmati kesengsaraan dan kemiskinan. Manusia yang memiliki kelebihan dibandingkan hewan dan tumbuhan seharusnya mempergunakan kelebihan itu untuk kelestarian lingkungan alam.

C2. Dari pemahaman bahwa manusia dan binatang memiliki nasib yang sama, maka sebagai manusia kita harus mengucap syukur. Kita mengucap syukur karena Tuhan menempatkan kita di dunia ini bersama-sama dengan ciptaan Tuhan yang lain. Kita mengucap syukur karena kita dekat dengan hewan, tumbuhan dan mahluk hidup yang lain. Dengan dekat dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain, kita memperoleh kemudahan dalam mengelola dan memanfaatkan alam untuk kebutuhan saat ini maupun kelangsungan masa depan. Ini berarti Tuhan telah menyiapkan segala kebutuhan kita dalam bentuk tanaman (sayur mayur), hewan (daging), dan kebutuhan lain yang berasal dari lingkungan alam (misalnya Bahan bakar, Listrik, udara, sinar matahari, air, dan sebagainya). Tuhan juga telah menata segala kebutuhan itu dengan baik sehingga manusia bisa tercukupi kebutuhannya dan memiliki hidup yang dipelihara oleh Tuhan. Tuhan telah menghadirkan kita di dunia ini dalam sebuah persekutuan yang aman, tenteram, dan penuh kedamaian, dengan mahluk ciptaan Tuhan yang lain. Tuhan ada di dalam persekutuan. Persekutuan tersebut dinamis, senantiasa bergerak kearah kebaikan bersama. Tuhan melihat semuanya ciptaan-Nya berkembang dan bertumbuh. Oleh karena itu, sebagai wujud ucap syukur maka kita harus memujudkan tanggung jawab untuk memelihara dan melestarikan semua ciptaan Tuhan.

C3. Dari pemahaman bahwa manusia dan binatang memiliki nasib yang sama, maka sebagai manusia kita harus menyadari bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Kehidupan di dunia ini ada batasnya, dan batas kehidupan dunia adalah kematian. Oleh karena itu, ketika kita masih diberi hidup dan umur panjang, kita harus membangun hidup untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama manusia dan lingkungan alam. Dengan kata lain, kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup pemberian Tuhan. Kita harus mempergunakan hidup dengan tindakan yang baik dan bermanfaat bagi ciptaan Tuhan yang lain.

C4. Dari pemahaman bahwa manusia dan binatang memiliki nasib yang sama, maka tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bergembira dalam bekerja. Dunia ini tidak mungkin maju bila orang-orangnya tidak bekerja. Sayangnya kerja yang merupakan panggilan terhormat dari Allah dinodai oleh berbagai hal. Kerja dilandasi iri hati dan penindasan. Kerja baru berarti bila mampu memberikan kebahagiaan bagi hidup. Kerja baru berarti bila telah menghasilkan harta benda yang melimpah atau kedudukan yang terhormat di mata manusia. Ukuran keberhasilan kerja yang demikian, oleh Pengkotbah dipandang sebagai sebuah kesia-siaan belaka. Kerja telah menghasilkan kehampaan hidup karena kerja dipandang sebagai sumber kebahagiaan, bahkan lebih dari itu, segala sesuatu adalah sia-sia. Mengapa pengkotbah menyatakan hal itu ?

Salomo menulis Kidung Agung ketika masih berusia muda, menulis Amsal pada usia setengah tua dan menulis kitab Pengkhotbah pada tahun-tahun akhir hidupnya. Pengaruh kemerosotan rohani, penyembahan berhala, dan hidup memuaskan-diri sendiri pada akhirnya membuat Salomo kecewa dengan kesenangan dan materialisme sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Salomo telah mengalami kekayaan, kuasa, kehormatan, ketenaran, dan kesenangan sensual — semua secara melimpah — namun semua itu akhirnya merupakan kehampaan dan kekecewaannya saja, “Kesia-siaan belaka! Kesia-siaan belaka! … segala sesuatu adalah sia-sia” (Pengkh 1:2). Salomo melukiskan berbagai segi hidupnya yang sangat mementingkan diri dalam segenap kemakmuran, kesenangan, dan keberhasilan duniawi (Pengkh 1:12–2:23). Usaha memperoleh kebahagiaan melalui cara-cara ini baginya telah berakhir dengan ketidakpuasan dan kehampaan.

Tujuan Pengkotbah menyatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia adalah upaya untuk menyampaikan semua penyesalan dan kesaksiannya kepada orang lain sebelum ia wafat, khususnya kepada kaum muda, supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya. Pengkotbah membuktikan untuk selama-lamanya kesia-siaan terjadi apabila melandaskan nilai-nilai kehidupan pada harta benda duniawi dan ambisi pribadi. Sekalipun orang muda harus menikmati masa muda mereka (Pengkh 11:9-10), adalah lebih penting untuk mengabdikan diri kepada Sang Pencipta (Pengkh 12:1) dan membulatkan tekad untuk takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya (Pengkh 12:13-14).

Oleh karena itu, menurut Raja Salomo tindakan yang terbaik menyikapi masa hidup ini ialah dengan berlaku bijak. Orang bijak menurut nas ini adalah orang yang memercayai bahwa rancangan Tuhan adalah kehendak-Nya yang terbaik meski terkadang “sakit” (ayat 11); Orang bijak adalah orang yang dapat mensyukuri masa hidup yang Tuhan sediakan baginya (ayat 13); Orang bijak juga tidak mudah mengeluh karena ia tahu bahwa Tuhanlah yang merencanakan masa hidupnya yaitu hidup untuk kemuliaan-Nya (ayat 14). Orang bijak menyadari bahwa Tuhan memintanya untuk dapat menggunakan masa hidup ini dengan sebaik-baiknya.

Menggunakan masa hidup sebaik-baiknya adalah hidup yang semata-mata tidak berfokus pada hal-hal dibawah matahari atau mengejar hal-hal duniawi. Jika kita memfokuskan masa hidup dengan perkara-perkara dibawah matahari maka hidup ini akan sia-sia.

Dengan kata lain, Pengkotbah sebenarnya ingin mengajak kita supaya ketika kita hidup dan bekerja maka kita harus memfokuskan pada kehidupan diatas matahari yaitu kehidupan rohani untuk mengenal lebih dekat kepada Tuhan yang empunya kehidupan. Segala usaha manusia berdasarkan kekuatan sendiri adalah sia-sia dan segala kekayaan tidak berguna, kalau Tuhan tidak memberikan kuasa untuk menikmatinya. Kita harus belajar untuk menerima dan menikmati anugerah Allah dan terus menjalani hidup bersama Tuhan, walaupun kita kita tidak dapat mengerti maksud-maksud Allah. Ini berarti kita boleh puas dengan keberadaan kita dan berbahagia dengan cara hidup yang sederhana. Apakah kita kaya atau miskin tidaklah menjadi masalah. Walaupun kita tidak dapat mengerti keseluruhan arti kehidupan, cara hidup dengan menggantungkan diri kepada Allah merupakan suatu hikmat yang benar.

 

  1. Ayat 21-22 menjadi firman yang mengarahkan kita supaya kita tidak memiliki pengertian bahwa setelah manusia mati, dikuburkan atau dikremasi maka sudah selesai masanya. ‘Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?’ (Pkh 3:22). Pada kalimat ‘sesudah dia’ adalah sesudah kematian atau apakah yang akan terjadi pada kehidupan selanjutnya sesudah mati. Hal ini berkaitan dengan ‘individual eschatologyi” (kedatangan Tuhan Yesus secara pribadi), maka kita perlu berpikir/merencakan untuk kehidupan mendatang dan berpikir/merencakan tentang kelangsungan generasi sesudah kita. Pengkhotbah mengajak kita untuk melihat bahwa hidup ini tidak hanya di titik diadili dan diperlakukan adil atau tidak adil tetapi bagaimana dengan hidup ini sesudah kita tidak ada di dunia? Apa yang kita bisa berikan dan tinggalkan bagi generasi selanjutnya sesudah kita mati ? Kita diajak untuk berencana dan memikirkan yang lebih baik tentang arah hidup dan pekerjaan kita. Kebahagiaan dalam bekerja meracuni semua bangsa-bangsa dan menjadi suatu kekuatan untuk merusak apa saja termasuk diri mereka, ketika mereka melakukan semua itu dengan argumentasi ‘ini pekerjaanku’, ‘ini usahaku’, atau ‘aku bekerja untuk memberi makan banyak orang’. Tetapi pekerjaan yang mereka lakukan itu merusak bumi, merusak kehidupan yang normal, bahkan merusak tatanan kesehatan dunia ini. Sebagai contoh adalah kerusakan alam di Papu (Irian Jaya) yang disebabkan penambangan Freeport maupun rusaknya kehidupan laut yang disebabkan penambangan timah di Pulau Bangka. Dunia mempunyai teori sendiri yaitu teori binatang sehingga segala sesuatunya itu dipakai, dinikmati dan dihabiskan bersama-sama. Kita melihat banjir di kota ini, salah satunya karena banyak warga yang membuang sampah di saluran air atau sungai. Untuk itu, sebagai orang beriman kita diharuskan mampu memberikan dan mewariskan segala hasil pekerjaan kita yang terbaik kepada generasi selanjutnya. Kita harus menyiapkan generasi mendatang menjadi generasi yang mampu memberi jaminan kelestarian ciptaan Tuhan.

  2. Sungguh menakjubkan bahwa Kitab Pengkhotbah berisi hal-hal yang dapat diterapkan dalam zaman modern ini. Dewasa ini banyak orang mencoba untuk hidup tanpa Allah, dan merasa bahwa seluruh keberadaan mereka tidak mempunya tujuan. Seperti pada masa Pengkhotbah, sekarang ini banyak orang mencoba segala macam cara untuk memberi arti kepada kehidupan, tetapi seringkali usaha pencarian mereka berakhir dengan pertanyaan, “Siapakah diriku ini?” “Apa yang saya kerjakan di dunia ini?” “Setelah ini ke mana saya akan pergi?”. Oleh karena itu, kita harus datang kepada Allah karena hanya Allahlah yang dapat memuaskan rasa lapar rohani yang telah ditaruh-Nya di dalam hati kita.

  3. Kitab Pengkotbah ini mempersiapkan jalan untuk pernyataan PB dengan cara terbalik. Acuan kepada kesia-siaan hidup dan kematian mempersiapkan kita untuk memahami jawaban Allah terhadap kematian dan penghukuman yaitu, hidup kekal melalui Yesus Kristus. Karena orang-orang PL tidak sanggup menemukan jawaban yang memuaskan bagi aneka persoalan hidup melalui pencarian kesenangan yang mementingkan diri, kekayaan, dan pengumpulan pengetahuan, maka kita harus mencari jawaban tersebut di dalam Dia yang oleh PB disebut “lebih daripada Salomo” (Mat 12:42), yaitu Yesus Kristus.

Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama dengan angkatan ini dan akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada disini lebih dari pada Salomo ( Matius 12 : 42 )

Dalam Yesus Kristus “tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kol 2:3). Kehidupan kita sepatutnya memantulkan karakter Tuhan Yesus karena setelah kematian, akan datang penghakiman; dan Tuhan akan mengadili orang yang jahat dan baik.

  1. Di dalam Matius 28:18-20, Yesus mengajarkan semua orang percaya supaya bekerja keras untukNya. Oleh karena itu kita harus memberikan diri kita di dalam pimpinan Tuhan. Salah satu dasar di belakang konsep berdirinya Negara Indonesia di awal tahun 1945 adalah bangsa yang miskin, lemah, dan dikuasai penjajah ; bergerak maju merebut kemerdekaan, dan menjadi bangsa yang terus berupaya menjadi lebih kuat dan besar. Dihubungkan dengan kehidupan kekristenan, kita dapat mengatakan bahwa ketika kita lemah, kita harus maju menghadap Tuhan, sebab Dialah yang Maha Kuat dan Maha Kuasa. Kita tidak boleh patah semangat ketika masa hidup ini berisi hal-hal yang menyedihkan. Apapun yang kita rasakan, yang terpenting kita tidak kehilangan jiwa dan iman kita. Untuk itu dalam menunggu kedatangan Kristus yang kedua dan menunggu individual eschatologyi maka orang lain patut mengetahui bahwa Kristus ada dalam diri kita dan kita ada dalam diri Yesus. Ikut sertakan Tuhan agar pekerjaan kita tidak sia-sia dimata Tuhan dan manusia. Ikut sertakan Tuhan agar masa-masa yang telah berlalu, yang sedang kita jalani, dan masa yang akan datang adalah masa-masa hidup yang peduli kepada kelestarian alam dan kelangsungan generasi selanjutnya. Amin.


 

 

 

 


RENDAH HATI

Thema : RENDAH HATI

Oleh : Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

Bacaan pertama Zefanya 2 : 3 ; 12 – 13. Bacaan kedua I Korintus 1 : 26 – 31. Bacaan ketiga Matius 5 : 1 – 12.

Introitus Yakobus 4 : 6b

”Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati.”

Berita Anugerah/Petunjuk Hidup baru  Filipi 2 : 5-8

1.      Pada suatu hari, seorang pemuda datang dan bertanya, “Guru, saya tidak mengerti mengapa orang seperti Anda selalu berpakaian amat sederhana. Bukankah di masa seperti sekarang ini, penampilan sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan”. Sang guru hanya tersenyum; lalu ia melepaskan cincin dari salah satu jarinya. Ia berkata, “Sobat muda, aku akan menjawab pertanyaanmu, tetapi lebih dulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga Rp. 100.000 ?” Melihat cincin guru yang kotor, jelek, dan tidak beraturan itu, pemuda itu merasa ragu-ragu, “Seratus ribu ? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.” Tapi sang guru berkata, “Cobalah dulu sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil.”

Pemuda itu segera bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata tak satu pun dari mereka yang berani membeli cincin itu seharga Rp. 100.000. Mereka menawarnya hanya Rp. 10.000. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga sepuluh ribu Ia kembali melapor, “Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari Rp. 100.000.” Sang Guru lalu berkata “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian.”

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada sang Guru dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, “Guru ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga 1 juta. Rupanya nilai cincin 10 kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.”

Sang Guru tersenyum simpul sambil berujar lirih, “Itu jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai, jika kita mampu melihat ke kedalaman hati dan jiwa seseorang. Kita tidak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita lihat dan dengar secara sekilas.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kerapkali kita menilai seseorang mungkin hanya dari penampilannya, dari baju yang dipakainya, atau mungkin dari tutur kata dan sikapnya yang kita lihat dan kita dengar, hanya sekilas. Akibatnya, sama seperti para pedagang di pasar tadi, kita jadi suka keliru, karena penampilan mereka, baju mereka, tutur kata dan sikap mereka, bisa saja mengelabui mata dan telinga kita.. Karena itu dalam 1 Sam. 16:7b dikatakan, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Sebab itu, jangan melihat seseorang hanya dari penampilannya, atau dari bajunya, atau kemasannya. Mengapa? Karena terus terang saja, pendengaran kita terbatas dan penglihatan kita sering keliru. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, ternyata hanya bisa kita lihat dan kita nilai, jika kita mampu melihat ke kedalaman hati dan jiwa seseorang. Untuk melihat kedalaman hati dan jiwa seseorang, dibutuhkan kerendahan hati.

2.      Dalam Zefanya 2 : 3 ; 12 – 13 Tuhan menginginkan agar manusia mencari Tuhan, dengan rendah hati melakukan perintah Tuhan. Carilah Tuhan hai semua orang yang rendah hati, carilah Tuhan hai semua orang yang melakukan hukum-hukum Tuhan. Dengan demikian, standard mutu yang ditetapkan Tuhan adalah carilah Tuhan, dan berendah hati. Seruan nabi Zefanya ini dilakukan beberapa tahun sebelum reformasi raja Yosia. Jadi beberapa saat sebelum reformasi itu, suasana sudah terasa kurang harmonis bahkan kacau balau. Zefanya menawarkan harapan kepada orang-orang yang sudah berbalik kepada Tuhan. Zefanya mengajak mereka untuk memperdalam janji kesetiaan mereka kepada Allah. Zefanya mengajak mereka supaya lebih taat kepada perintah dan hukum-hukum Tuhan. Dengan hal tersebut, mungkin Tuhan berkenan melindungi mereka ketika Ia datang untuk menghukum umatNya. Mereka harus rendah hati, serta menyadari ketidakberdayaannya.

3.      Dalam I Korintus 1 : 26 – 31, rasul Paulus menganjurkan jemaat Tuhan untuk rendah hati. Rasul Paulus mengingatkan bahwa Allah-lah yang meninggikan, melayakkan, dan membuat mereka menjadi jemaat berarti ditengah gereja. Dalam jemaat Korintus ini kerendahan diri menjadi sangat penting karena mereka adalah jemaat baru. Sebagai jemaat baru maka perangai gaya lama masih dibawa-bawa pada saat menjadi jemaat gereja. Perangai seperti menyombongkan diri, keinginan menjadi pahlawan atau tokoh yang disegani di gereja, dan keinginan menjadi sumber ketergantungan bagi kehidupan gereja masih belum hilang. Sikap hidup lama ini adalah warisan budaya yang tidak mendukung kehidupan berjemaat. Paulus sedikit demi sedikit menghilangkan perangai lama ini. Dengan seruan untuk rendah hati dan merendahkan diri dihadirat Tuhan, jemaat Korintus diajak supaya semakin dekat kepada Tuhan, dan semakin memenuhi panggilan pelayanan Tuhan.

4.      Ucapan bahagia atau Kotbah di Bukit dalam Matius 5 : 1 – 12 adalah hukum kehidupan baru, hukum kerajaan Allah. Ucapan bahagia ini berisi pernyataan prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah dan kuasa Roh Kudus. Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam kotbah Kristus. Dalam bahasa Yunani kerendahan hati dituliskan dengan kata ‘praios’ ( terjemahan b.Ingris : meek ). Kata praios juga dipakai dalam salah satu tema ucapan bahagia/kotbah Yesus di bukit  yaitu berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi (ayat 5). Orang yang lemah lembut adalah orang yang rendah hati dan patuh kepada Allah. Mereka berlindung kepada Tuhan. Mereka menyerahkan hidup dan masa depannya sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat Allah daripada hal-hal yang mungkin terjadi dalam diri mereka sendiri. Orang yang lemah lembut inilah yang akhirnya akan  memiliki bumi.

5.      Kerendahan hati adalah merasa tidak berdaya seperti “anak-anak” (Mat. 18:4); tidak mempertahankan kedudukan (Flp. 2:8-9); tidak merendahkan martabat orang lain (Luk. 14:11; 18:4). Dengan demikian kerendahan hati adalah bersikap ramah, terbuka, tidak sombong/tinggi hati, mampu menghargai martabat dan kelebihan orang lain, dan mudah menyesuaikan diri ditengah kondisi/pihak yang lebih rendah. Misalnya anggota jemaat kaya harus bersedia berkumpul dengan anggota jemaat miskin, begitu sebaliknya. Ketika yang kaya dan miskin berkumpul dalam gereja tidak ada kesombongan jemaat kaya, tidak ada rasa minder bagi jemaat miskin, mereka harus saling menghargai.  Allah tinggal bersama dengan orang yang hidup dengan rendah hati. Allah memberi kasih karunia yang lebih besar kepada orang yang rendah hati, tetapi menentang orang-orang yang congkak atau sombong (Yak 4:6b). Jadi lawan kerendahan hati adalah tinggi hati, sombong atau congkak.

6.      Yang menjadi dasar sikap rendah hati adalah diri Kristus sendiri. Rendah hati Kristus tampak mulai dari kelahiranNya di kandang domba, kerendahan dalam sikap sehari-hari di masa hidupNya, dan akhirnya kerendahan dalam pengorbananNya di Kayu Salib. Pada masa-masa terakhir hidupNya di dunia ini, Yesus membasuh kaki murid-muridNya sebagai lambang kerelaanNya untuk melayani dan menjadi hamba bagi orang lain (Yohanes 13:1-17). Yesus mengatakan kepada para muridNya sebagaimana Aku membasuh kakimu maka kamu wajib saling membasuh kaki, ini berarti kita harus saling melayani dan merendahkan diri. Rendah hati berarti rela untuk tidak dikenal, kerendahan hati juga berarti rela melayani dan menjadi hamba bagi orang lain. Dengan kata lain, kerendahan hati tidak dipahami sebagai rendah diri atau menghinakan diri.

7.      Yakobus menegaskan dalam Yak 4: 10: “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu”. Demikian juga I Petrus 5:6 ” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya ” ( I Ptr 5:6 ). Dengan rendah hati, kita akan ditinggikan oleh Tuhan. Promosi/peninggian dari Tuhan adalah promosi yang sejati. Bila Tuhan sendiri yang meninggikan kita maka tidak ada satupun manusia yang dapat menghalangiNya. Selain itu rendah hati juga akan membuat hidup kita berhasil dan dipenuhi berkat. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah ( Mzm 37:11). Walaupun bangsa kita sedang dirundung krisis yang sepertinya tiada berujung namun bila kita hidup dalam kerendahan hati maka kita akan mewarisi negeri ini dan menikmati kesejahteraan yang berlimpah-limpah. Jaminan kita bukan datang dari manusia tetapi datang dari Allah. Tuhan tidak akan pernah gagal menepati janjiNya.

8.      Orang yang rendah hati merasakan hidup yang selalu diberkati Tuhan meskipun kondisi senyatanya sangat sederhana, miskin, lemah, tidak berpendidikan, berkesusahan, dan sebagainya. Dalam tangis, miskin, lemah, dan dalam kondisi tidak  berpendidikan :  mereka tidak merasa kalah, tidak merasa minder, tetapi tetap ada ucapan syukur, tetap berbagi dengan tulus, dan tetap memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Orang-orang pengungsi dari Yogya, tetap mau kembali hidup di lereng gunung Merapi. Mereka harus menyingkir untuk sementara waktu, mereka menangis sedikit dalam waktu 1 sampai 3 bulan. Tapi mereka tetap bertahan dalam pengharapan. Gunung Merapi telah menyediakan bahan-bahan untuk kesuburan tanah pertanian mereka. Mereka tidak pernah dibuat jera oleh gunung Merapi. Mereka tidak mengumpat dan menyalahkan gunung Merapi. Malahan gunung Merapi yang meletus dipahami sebagai berkat Tuhan yang sedang melimpah. Gunung Merapi mengirimkan berjuta-juta kubik pasir, batu, dan bahan-bahan yang bermanfaat. Karena itu, mereka tetap tegar dan bersyukur ditengah ratap tangis dan kesedihan.

9.      Di tengah jaman yang penuh kompetisi seperti sekarang ini, sangat sulit untuk menemukan orang yang rendah hati bahkan kerendah-hatian mungkin sudah tidak relevan lagi karena dianggap sebagai penghalang keberhasilan. Rendah hati ditinggalkan oleh banyak orang. Persaingan mendorong orang berlomba-lomba untuk menjadi yang utama. Persaingan mendorong orang untuk berlomba-lomba mencegah orang lain menjadi yang utama. Semua orang ingin menjadi nomor 1. Tidak sedikit orang yang memandang dirinya lebih dari orang-orang lain. Persaingan mengakibatkan orang lebih menonjolkan penampilan luar misalnya bakat, kemampuan, prestasi, jabatan, kedudukan,  popularitas dan harga diri yang dicapainya di tengah masyarakat. Dengan hal-hal tersebut, orang lalu memandang dan menilai dirinya lebih hebat dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Maka persaingan melahirkan banyak kesombongan. Dalam Alkitab, kesombongan, tinggi hati atau congkak dipandang sebagai “akar dosa” karena mengesampingkan orang lain dan mengesampingkan Allah. Hidup dengan rendah hati akan membuat seseorang: menghargai dirinya dan bebas dari perangkap kesombongan. Dengan kerendahan hati orang dapat menerima dan menghargai dirinya dan menghargai orang lain, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

10.  Salah satu musuh yang paling berbahaya yang mengancam orang-orang Kristen ialah kesombongan atau meninggikan diri sendiri. Tidak ada dosa lain yang bekerja dengan lebih licik dan lebih sembunyi- sembunyi daripada dosa kesombongan. Kesombongan itu tahu bagaimana menyelinap masuk ke dalam setiap hal. Kesombongan juga dapat menyusup ke dalam pelayanan gereja. Kesombongan juga dapat menyusup dalam doa-doa kita. Oleh karena itu orang-orang Kristen harus menjaga iman, hati, dan pikiran, dan perilakunya agar tidak disusupi kesombongan. Oleh karena itu kita harus memperhatikan apa yang diajarkan Alkitab mengenai kesombongan dan belajar kerendahan hati untuk mengenyahkan kesombongan..

11.  Bagaimana menjadi rendah hati? Kita semua sedang belajar untuk itu. Perenungan yang terus-menerus akan anugerah keselamatan yang sudah Bapa berikan melalui Yesus Kristus harus menjadi dasar yang kuat  untuk kita menjadi rendah hati. Kita “bukan siapa-siapa” tetapi kita diselamatkanNya. Kesadaran ini seharusnya membuat kita tak henti-hentinya bersyukur dan tak bosan-bosannya merendahkan hati dan merendahkan diri dihadapan Tuhan.. Menjadi rendah hati adalah perjuangan seumur hidup. Namun kita tidak perlu khawatir karena kita mempunyai Tuhan yang rendah hati dan berjanji menolong kita menjadi rendah hati seperti Kristus Yesus. Amin

 

Kuliah – 2  – Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

PEMBAGIAN STATISTIK

Sesuai dengan batasan pengertian statistik maka, statistik dapat dibedakan kedalam beberapa kategori yaitu

1.      Statistik Deskriptif

2.      Statistik Induktif atau Inferesial.

3.      Statistik Parametrik

4.      Statistik Non-Parametrik.

1.      Statistik Deskripti 

Bidang atau bagian dari pengetahuan statistik yang bertugas mempelajari tata cara pengumpulan data, pencatatan,  penyusunan, dan penyajian data penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik. Macam grafik yaitu Histogram adalah grafik yang berbentuk batang, Frekuensi Polygon adalah grafik yang berbentuk garis dari distribusi frekuensi dengan data kontinyu, sedangkan Ogive adalah grafik yang berbentuk garis dari distribusi kumulatif dengan data kontinyu.

 Kemudian dilakukan pengukuran/perhitungan untuk mengetahui nilai-nilai statistik sebagai berikut View full article »

Kuliah-1 ( Pengertian dan Fungsi Statistik )

Oleh : Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

A. PENGERTIAN STATISTIK

Statistik berasal dari kata state yang artinya negara, karena sejak dahulu kala kata statistik hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan negara saja. Kepentingan negara itu meliputi bidang kehidupan dan penghidupan, sehingga lahirlah istilah statistik yang pemakaiaanya disesuaikan dengan lingkup datanya.

 Perkataan Statistik dalam bahasa Inggris dapat berarti Statistic atau Statistics. Dalam arti Statistic yang dimaksud adalah suatu ukuran sampel seperti rata-rata, prosentase dan sebagainya.

 Sedangkan Statistics dapat diartikan sebagai berikut

1.      Freund dan Williams dalam bukunya : “Modern Businness Statistics “ memberi pengertian statistik yang pertama sebagai kumpulan data berupa angka, misalnya statistik penduduk, statistik perdagangan dan sebagainya.

2.      Sedangkan dalam pengertian kedua Statistik adalah keseluruhan metode pengumpulan dan analisa data.

 Dalam pengertian kedua ini Statistik dapat dikelompokkan ke dalam metematika terapan.

Statistik Dalam Pengertian Kumpulan Angka View full article »

MATERI KULIAH-2 – Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

MANAJEMEN PEMBANGUNAN PRASARANA KOTA

A. EKOLOGI SOSIAL DALAM KOTA

 Pengertian ekologi sosial dikembangkan dalam kehidupan kota. Kota memiliki komunitas yang terdiri dari penduduk, tempat tinggal dan sarana. Karena kompetisi, unsur-unsur tersebut mengalami proses perubahan dengan terjadinya segregasi, invasi, dan suksesi, sehingga daerah alamiah dalam kota terdapat zona-zona atau lingkatan-lingkaran tertentu.

Sehubungan dengan terbentuknya lingkaran-lingkaran tersebut ada teori penting yang disusun oleh Burgess dari hasil penelitian di Chicago, yakni yang disebut Teori Lingkaran Konsentris. Teori Lingkaran Konsentris menyatakan bahwa kota terbentuk berlapis-lapis melingkar dengan susunan tertentu. Dimulai dari pusat lingkaran maka lapisan-lapiran tersebut adalah 

  1. Lingkaran pusat yakni daerah pusat perdagangan yang terletak dipusat kota dimana aktivitas komersial lebih utama daripada fungsi tempat tinggal. Hanya aktivitas komersial yang mampu membeli tanah yang mahal dan membayar pajak yang besar. Disini terdapat hotel, supermall, kantor pusat atau cabang utama perusahaan, pusat hiburan modern, dan sebagainya.

  2. Lingkaran transisi yang melingkar di daerah pusat perdagangan. Di zona ini terdapat slum, tempat tinggal golongan migran yang kemampuan ekonominya rendah, lingkungannya tidak sehat, dan terjadi banyak tindak kejahatan. Lingkungan transisi disebabkan karena invasi dari daerah ke pusat perdagangan.
  3. Lingkaran perumahan kaum buruh merupakan pemukiman penduduk yang kurang mampu yang berasal dari lingkaran transisi.

  4. Lingkaran perumahan yang lebih baik untuk golongan menengah seperti pegawai dan pengusaha. Tingkat kesejahteraan mereka lebih tinggi dibandingkan dengan kaum buruh. Zona ini terdapat pertokoan, perumahan flat, tempat hiburan, dan sebagainya.
  5. Lingkaran pemukiman penduduk yang melakukan commuter (berangkat – pulang) bekerja di zona pusat. Zona ini terletak paling luar dan mempunyai dua bagian. Bagian dalam lingkaran berbatasan dengan daerah orang-orang yang perumahannya lebih baik, sedangkan bagian luar tidak tertentu bentuknya, seperti kota-kota kecil yang hanya untuk tidur, kota-kota satelit, dan desa-desa kecil. View full article »

Materi Kuliah-1 ( Pengembangan SDM Publik ) – Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

 LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN APARATUR NEGARA

 Oleh : Drs. Kristyan Dwijosusilo, M.KP

Negara mempunyai tanggung jawab untuk mengsejahterakan rakyat. Birokrasi merupakan konsekuensi dari diterimanya pernyataan tersebut. Oleh karena itu, negara terlibat langsung melalui birokrasi dalam memproduksi barang dan jasa publik yang diperlukan rakyatnya, bahkan jika perlu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu, Negara membangun sistim administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.

Dalam model yang diajukan Max Weber, birokrasi mempunyai karakteristik ideal sebagai berikut :

  1. Pembagian Kerja. Dalam menjalankan tugasnya, birokrasi membagi kegiatan-kegiatan pemerintahan menjadi bagian-bagian yang masing-masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas.Pembagian kerja ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi. Dengan pembagian kerja maka seorang pegawai bertanggung jawab atas keberhasilan pekerjaannya.

  2. Hirarkhi Wewenang. Wewenang disusun secara hierarkhis atau berjenjang. Hierarkhi berbentuk piramida yang memiliki konsekuensi semakin tinggi suatu jenjang berarti semakin besar wewenang yang melekat didalamnya dan semakin sedikit penghuninya. Hierarkhi wewenang mengindikasikan adanya hirarkhi tanggung jawab. Dalam hierarkhi tersebut setiap pejabat bertanggung jawab kepada atasannya mengenai keputusan-keputusan dan tindakan-tindakannya sendiri maupun yang dilakukan oleh anak-buahnya. Pada setiap tingkat hierarkhi setiap pejabat birokrasi memiliki hak memberi perintah dan pengarahan bawahan, dan para bawahan mematuhinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup wewenang memberi perintah itu jelas dibatasi hanya pada masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan resmi pemerintahan.

  3. Pengaturan perilaku pemegang jabatan birokrasi. Kegiatan pemerintah diatur oleh suatu sistim aturan. Aturan tersebut merumuskan ruang lingkup tanggung jawab, hubungan diantara mereka, menjamin koordinasi, dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan.

  4. Hubungan impersonal. Pejabat birokrasi harus mempunyai orientasi impersonal. Mereka harus menghindarkan pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan bawahan maupun dengan anggota masyarakat yang dilayaninya.

  5. Kemampuan teknis. Jabatan-jabatan dalam birokrasi harus diisi oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan teknis yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dalam jabatannya. Biasanya kualifikasi atas para calon birokrat dilakukan dengan ujian atau berdasarkan sertifikat yang menunjukkan kemampuan mereka.
  6. Karier. Pekerjaan birokrasi dalam pemerintah adalah pekerjaan karier. Para pejabat yang menduduki jabatan pemerintah melalui penunjukkan, bukan melalui pemilihan seperti anggota legislative. Mereka jauh tergantung pada atasan mereka dalam pemerintahan daripada kepada rakyat yang pemilih. Pada prinsipnya promosi atau kenaikan jenjang didasarkan pada senioritas atau prestasi, atau jeduanya. Dalam kondisi tertentu, birokrat juga memperoleh jaminan pekerjaan seumur hidup.
  7. Birokrasi seperti yang digambarkan oleh Weber tersebut memiliki banyak kelebihan. Pembagian kerja akan menghasilkan efisiensi. Hierarkhi wewenang memungkinkan pengendalian atas berbagai ragam jabatan dan memudahkan koordinasi yang efektif. Aturan main menjamin kesinambungan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, walaupun para pejabatnya berganti-ganti, dan dengan demikian bisa menumbuhkan keajegan perilaku. Impersonalitas menjamin perlakukan yang adil bagi semua anggota masyarakat dan mendorong timbulnya pemerintah yang demokratik. Kemampuan tehnik menjamin bahwa hanya orangn-orang yang ahli yang akan menduduki jabatan pemerintahan. Dan jaminan keberlangsungan jabatan membuat para pejabat itu tidak mudah dijatuhkan oleh tekanan-tekanan dari luar. Pendeknya, dengan karakteristik seperti itu birokrasi akan bisa berfungsi sebagai sarana yang mampu melaksanakan fungsi secara efektif dan efisien.

Model birokrasi Weber juga memuat asumsi bahwa birokrasi mempunyai beberapa fungsi yakni View full article »